Selalu belajar untuk memperbaiki diri, sehingga bisa menjadi berkat bagi sesama

DO IT THE BEST FOR OTHERS

Hidup kita akan terasa lebih INDAH jika kita selalu mensyukuri setiap nikmat yang dianugerahkan Tuhan dan selalu siap berbagi dengan sesama yang membutuhkannya serta selalu mengupayakan yang terbaik bagi kita dan berdayaguna bagi sesama.

Senin, 15 November 2010

Sindroma Koroner Akut

 

SINDROMA KORONER AKUT / PENYAKIT JANTUNG KORONER

Pendahuluan
Sindroma koroner akut merupakan suatu kegawatan jantung dengan gambaran klinis yang beragam mulai dari nyeri dada angina tidak stabil (Unstable Angina Pectoris/UAP) sampai infark miokard akut (Acute Myocardial Infarction/AMI).
Dalam menghadapi penderita nyeri dada yang mengarah ke sindrom koroner akut, terdapat 4 langkah pemeriksaan yaitu anamnesis nyeri dada, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan pemeriksaan enzim jantung.


Sindrom koroner akut mencakup:
  1. Angina pektoris tak stabil (“unstable angina pectoris”)
  2. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI)
  3. Infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST (non STEMI)
Elektrokardiogram:
Depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen sewaktu ada nyeri.

Pemeriksaan Penunjang
EKG, Foto rontgen dada, Petanda biokimia: darah rutin, CK, CKMB, Troponin . profit lipid, gula darah, ureum kreatinin, Ekokardiografi, Tes Treadmil (untuk stratifikasi setelah infark miokard) Angiografi koroner.

Terapi
Tirah baring, pasang infuse intravena dengan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% Oksigenisasi dimulai  dengan 2 liter/menit. Diet: puasa sampai batas nyeri kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung. Pasang monitor EKG secara kontinyu.
Atasi nyeri dengan:
·         Nitrat sublingual (kontraindikasi bila TD sistolik < 90 mmHG)
·         Morfin 2 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 15 menit. Siapkan Naloxon sebagai antidotum dan kit resusitasi, persiapan bila terjadi depresi pernafasan.
·         Antitrombotik
Aspirin (160-325 mg), bila alergi dapat diganti dengan tiklopidin atau klopidogrel.

·         Fibrinolitik dengan streptokinase
·         Antikoagulan
Heparin direkomendasikan untuk pasien yang menjalani revaskularisasi perkutan atau bedah, pasien dengan resiko tinggi terjadi embli sistematik seperti infark miokard anterior atau luas, fibrilasi atrial, riwayat emboli atau diketahui ada thrombus ventrikel kiri yang tidak ada kontraindikasi heparin.
·         Pelunak tinja: laktulos (laksadin) 2 x 15 ml.
·         Penghambat beta diberikan bila ada indikasi dan bila tidak ada kontraindikasi.
·         Penghambat ACE diberikan bila keadaan mengizinkan terutama pada infark miokard akut yang luas, anterior atau terjadi gagal jantung tanpa hipotensi dan ada riwayat infark miokard.
·         Antagonis kalsium: Verapamil untuk non STEMI atau angina pektoris tak stabil bila nyeri tak teratasi.

Infark miokard akut
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kerusakan atau kematian jaringan sebagian miokard. Aterosklerosis merupakan penyebab utama

Presentasi Klinis
Pada umumnya, pasien mengalami serangan jantung atau terkena IMA ketika istirahat, bangun tidur atau aktivitas fisik sedang. Aktivitas fisik berat atau stress mental ditemukan pada 10-15 % pasien. Menurut kriteria WHO, diagnosis IMA ditegakkan bila ada 2 dari 3 keadaan ini, yaitu AP khas IMA, perubahan EKG dan peningkatan serum kardiak. Angina Pektoris (AP) yang timbul

Konsep penatalaksanaan IMA
Perlu dilakukan pendekatan sistematik terhadap pasien IMA, meliputi konsep-konsep utama yang harus dilaksanakan. Dalam buku ini hanya dibicarakan item 1-4:
·         Pelajari gejala-gejala dan tanda-tanda utama IMA (1)
·         Kenali kriteria EKG untuk “triple Is” yaitu “Ischemia, Injury, dan Infarction (2)
·         Pelajari algoritma IMA, perhatian pada masalah yang berhubungan dengan masyarakat, system emergensi dan unit emergensi (gawat darurat) (3)
·         Sakit dada iskemik/angina pektoris (AP): pahami dan terampil menentukan tindakan mengacu pada algoritma sakit dada iskemik, walaupun algoritma tidak merupakan ketentuan baku untuk setiap pasien (4)
·         Pelajari kriteria EKG untuk terapi trombolitik
·         Terapi trombolitik: pengetahuan tentang indikasi, kontra indikasi relatif dan kontra indikasi mutlak.
·         Obat-obat pada IMA:  (konsep: “Why, When (indication), How (doing), Watch Out/caution).
·         Kenali dan terampil dalam penatalaksanaan komplikasi IMA

Ingin mengetahui lebih jauh mengenai interprestasi EKG, Arythmia Lethal, ikuti saja Pelatihan PPGD / BTCLS yang diselenggarakan oleh PUSBANKES 118 DIY.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar